Portalbromo.com – Usai viral surat terbuka warga kelurahan Kedung Asem terkait bauh dari pabrik pengolahan oli bekas, PT. Berdikari Jaya Bersama ( PT. BJB ) Menjawab dengan hasil uji lab.
Yuwei Santoso Direktur PT. BJB pabrik pengolah oli bekas menjadi bahan bakar industri menjawab surat terbuka yang ditujukan kepada Gubernur Jawa Timur dan Kementrian Lingkungan melalui Rapat Dengar Pendapat ( RDP ) Komisi tiga DPRD kota Probolinggo, Kamis ( 18/6).
Hadir dalam RDP pimpinan beserta anggota Komisi tiga DPRD kota Probolinggo, Dinas Lingkungan Hidup, Pihak PT. BJB, dan sejumlah perwakilan warga sekitar pabrik yg berlokasi di jl. Lumajang , Kelurahan Kedungasem Probolinggo.
Yuwei menilai, surat yang ditulis 14 Juni 2020 oleh Inaya sebagai penulis itu kurang berdasar, pasalnya pemeriksaan kualitas udara mmerupakan kegiatan rutin dilakukan PT. BJB.
“Setiap 6 bulan sekali dilakukan uji udara ambien. Hasilnya masih dibawah batas baku mutu yang ditetapkan oleh Kementrian Lingkungn Hidup dan Kehutanan ( KLHK ),” kata Yuwei.
“Bulan ini kami melakukan uji baku mutu di tiga titik. Satu di dekat Gudang Bulog, dua titik lain saya lupa. Hasilnya belum keluar, tapi hasil uji enam bulan lalu yaitu Januari, hasilnya masih memenuhi baku mutu kualitas udara,” lanjutnya.
Selain itu Yuwi menjelaskan bahwa selain uji baku mutu udara yang dilakukan perusahaan independen, DLH Kota Probolinggo juga melakukan uji baku mutu udara secara acak dan diam-diam.
“Jika hanya kami saja yang melakukan uji kualitas udara pasti banyak yang tidak percaya. Tapi dari DLH juga sudah melakukannya dengan diam-diam,” ujarnya.
Kepal dinas Lingkungan Hidup Rahmat Decta menambahkan , sejauh ini langkahnya masih mengacu pada hasil uji lab, menurutnya hasil uji lab merupakan penjabaran kongkrit atas keadaan sebenarnya.
“Hasil uji lab tidak bisa diabaikan, uji lab itu tidak bisa diintervensi, misalnya kita minta hasil nya dibaguskan, itu tidak bisa karena selain biaya yang mahal, mereka para perusahaan independent juga butuh kredibilitas demi nama baik perusahaanya” jelas Decta.
Sementara itu, komisi tiga DPRD kota Probolinggo menilai, masalah PT. BJB dengan sejumlah warga yang mengatasnamakan korban polusi ini adalah lagu lama yang kini ternyanyikan lagi.
Namun Robit Riyanto sala satu anggota komisi tiga merasa bingung menanggapi permasalahan ini, menurutnya sidak ke lapangan sudah kerap dilakukan, namun keadaan tidak seperti yang dihembuskan.
“Terus terang kami lelah dengan polemik ini, sidak sudah sering kita lakukan, namun seperti sebelumnya keadaan tidak seperti yang permasalahkan”.
“Sebenarnya ingin saja kami mengabaikan, tapi ya repot juga nanti dikira kami tutup mata, sebenarnya masalah bauh dari pabrik ini memang benar ada apa tidak, atau jangan-jangan hanya ulah dari oknum yang berkepentingn” ucap politisi PPP itu.
Menurut Robit, setiap hal memiliki sisi negatif dan positif, legeslator PPP itu juga mencotohkan dengan pabrik yang ada di daerah tetangga, kendati menyebarkan bauh kurang enak, namun warga sekitarnya tetap kondusif.
“Coba kalau kita lewat di daerah Beji Pasuruan, Luar biasa kan bauhnya, tapi bagaimana dengan situasi di sana tetap kondusif kan, saya itu kangen dengan situasi seperti itu, segala sesuatu punya sisi negatif dan positif, tergantung dari mana kita melihatnya, kalau hanya dari sisi negatifnya, ya sulit dapat investor” pungkasnya.(mr)
I like what you guys are up too. Such clever work and reporting! Keep up the excellent works guys I have incorporated you guys to my blogroll. I think it’ll improve the value of my site 🙂
It is difficult to say why the actions of representatives of the opposition are verified in a timely manner. Everyday practice shows that the conviction of some opponents provides a wide circle (specialists) participation in the formation of a mass participation system.
magnificent post, very informative. I wonder why the other experts of this sector do not notice this. You must continue your writing. I’m sure, you have a great readers’ base already!