portalbromo.com, Probolinggo – Kedatangan ratusan ton gypsum impor dari Oman di Pelabuhan Delta Artha Bahari Nusantara (DABN), Kota Probolinggo, menuai kecemasan warga sekitar. Material yang disebut-sebut sebagai bahan baku semen untuk PT. Semen Imasco Asiatic ini ditimbun secara terbuka di area pelabuhan tanpa perlindungan yang memadai.
Warga sekitar, khususnya nelayan, khawatir gypsum yang larut akibat hujan dapat mencemari laut dan mengganggu ekosistem. Asnawi, seorang nelayan di Kelurahan Mayangan, menyatakan keresahannya. “Kami bergantung pada laut untuk mencari ikan. Kalau lautan tercemar, ikan bisa membahayakan masyarakat yang mengonsumsinya,” ujarnya, Kamis (12/12).
Kekhawatiran ini diperparah oleh spekulasi bahwa gypsum tersebut mungkin mengandung bahan beracun berbahaya (B3) atau bahkan limbah industri yang sengaja dibuang di Indonesia.
Hingga berita ditayangkan, pihak manajemen DABN maupun PT. Semen Imasco Asiatic belum memberikan penjelasan resmi mengenai penimbunan gypsum tersebut. Ketika dikonfirmasi, Yoga, perwakilan PT. Semen Imasco Asiatic Kabupaten Jember Jawa Timur, menyebut gypsum ini sebagai material alami yang aman. “Itu gypsum alam. Bukan termasuk B3. Banyak referensi di internet soal gypsum alam,” jawabnya singkat.
Namun, jawaban ini belum memuaskan masyarakat. Warga tetap mendesak agar ada transparansi terkait kandungan gypsum dan dampaknya terhadap lingkungan.
Mengutip laporan Global Press Journal, debu gypsum dapat menyebabkan gangguan pernapasan, terutama bagi masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi penimbunan. Dr. Malik Abdul Rashid, mantan Wakil Direktur Direktorat Pelayanan Kesehatan di Kashmir, menjelaskan bahwa debu gypsum bisa menyebabkan batuk, pilek, dan gangguan lainnya.
Kasus pencemaran juga pernah terjadi di sungai Jhelum, Kashmir, akibat tambang gypsum yang mencemari sumber air warga. Hal ini menjadi peringatan bahwa pengelolaan gypsum harus dilakukan secara hati-hati untuk mencegah dampak serupa.
Tidak ingin hanya menunggu dampak buruk terjadi, warga setempat berencana melakukan aksi protes jika pemerintah kota tidak segera mengambil tindakan. “Kalau tidak ada tindak lanjut, kami akan demo. Jangan sampai ikan dari laut sini jadi tidak laku karena masyarakat takut,” tegas Fatur, seorang nelayan lainnya.
Demi mencegah potensi bencana lingkungan, warga mendesak Pemerintah Kota Probolinggo untuk segera melakukan uji laboratorium independen terhadap kandungan gypsum. Selain itu, diperlukan regulasi yang tegas untuk memastikan gypsum ditangani dengan aman.
Situasi ini tidak hanya menjadi perhatian lokal tetapi juga membuka diskusi tentang tanggung jawab perusahaan terhadap pengelolaan bahan impor yang berpotensi berdampak pada lingkungan dan masyarakat.(mik)